Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Satu kata penuh makna, CINTA





Berbicara tentang cinta, pasti semua orang sudah mengetahui adanya hal tersebut, dan tentunya sudah tak asing lagi di telinga kita. Siapa sih yang tidak mengenal, dan bahkan tidak pernah merasakan cinta? Hampir semua orang mengalami dan merasakan cinta. Namun, cinta yang bagaimana? Apakah malah menjerumuskan kita kepada kemaksiatan? Atau malah menjadikan kita semakin dekat Sang Pencipta?


Membahas masalah cinta, memang tidak ada habisnya. Namun, hal tersebut perlu kita ketahui, agar kita tidak terjebak dalam cinta yang salah. Ada beberapa pengertian mengenai cinta dari berbagai sumber. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, cinta diartikan sebagai perasaan kasih dan saying kepada sesuatu atau orang lain. Secara istilah dapat dijelaskan bahwasanya cinta merupakan suatu perasaan yang dialami oleh manusia dan perasaan yang menimbulkan kasih saying bagi orang yang merasakannya. Sedangkan cinta menurut pandangan Islam, yaitu limpahan kasih saying Allah kepada seluruh makhluknya, sehingga Allah menciptakan manusia, dan seisinya dengan segala kesempurnaan.


Adapun cinta yang hakiki hanyalah milik Allah Swt., karena hanya Allah yang Maha Sempurna dan Maha Pemilik Cinta. Dalam pengertian lain, Islam juga memandang cinta sebagai bentuk dasar persaudaraan antarmanusia dan persaudaraan yang melandasi hubungannya dengan makhluk lain, seperti pada hewan dan tumbuhan. Ibnu Hazm, meyebutkan bahwa cinta merupakan sebuah naluri atau insting yang menggelayuti perasaan seseorang terhadap orang yang dicintainya.


Seorang ahli filsuf, Imam Al-Ghazali mengungkapkan bahwa cinta terbagi menjadi empat jenis tingkatan, yaitu:


Tingkatan pertama. Seorang manusia dicintai karena memiliki kelebihan. Ada beberapa kemungkinan bahwa seseorang dapat menjadi objek cinta orang lain, yaitu ketika seseorang melihat seorang lainnya, mengenalnya, dan menganggapnya baik setelah mengetahui karakter dan tingkah lakunya. Segala sesuatu yang indah merupakan objek kesenangan bagi seseorang yang mencintai keindahan. Ada hal lainnya mengenai cinta, yaitu kualitas internal.


Orang bijak, Malik bin Dinar berkata: “Dari sepuluh orang, dua orang akan tidak setuju, tetapi jika sifat kedua orang itu sama, mereka akan setuju. Hal ini membuktikan bahwa, seseorang telah mencintai orang lain karena memiliki sifat yang sama, bukan untuk mendapatkan keuntungan apapun, bukan untuk memperoleh kekayaan, tetapi karena memiliki sifat yang sama, dan kualitas internalnya sama.”


Tingkatan kedua. Seseorang mencintai sesuatu karena untuk mendapatkan cinta dari yang lainnya. Segala sesuatu yang digunakan untuk mendapatkan rasa saying, juga menjadi hal yang disayangi. Untuk alasan tersebut, emas dan perak disayangi oleh manusia, meskpun sebenarnya tidak memiliki kegunaan, karena kedua barang tersebut tidak dimakan, juga tidak dapat digunakan sebagai pakaian, tetapi merupakan sarana untuk mendapatkan itu semua.


Jenis manusia yang seperti ini merupakan orang-orang yang mencintai emas dan perak, karena itu dapat digunakan untuk mencapai suatu tujuan, dank arena bantuannya, kekayaannya, nama, dan ketenaran dapat diraih.


Tingkatan ketiga. Sesuatu yang dicintai bkan karena dirinya, tetapi untuk hal lain yang bukan untuk kebaikan dunia ini, melainkan untuk dunia berikutnya. Hal tersebut terbuka dan bukan rahasia, misalnya untuk mencintai seorang pembimbing spiritual, karena dia menjadi sarana untuk mendapatkan pengetahuan spiritual. Tujuannya adalah untuk mendapatkan kesuksesan di dunia berikutnya.


Nabi Isa s berkata: “Dia yang memiliki pengetahuan, bertindak sesuai dengan pengetahuannya, dan mengajarkannya kepada orang lain disebut tindakan mulia di dalam dunia spiritual. Pengetahuan tidak lengkap tanpa murid. Jadi, murid adalah sarana guru untuk kesempurnaan. Guru mencintai para murid sebagai seorang ayah. Ini merupakan langkah untuk menuju kemajuan.”


Dia yang membelanjakan kekayaannya untuk temannya, memberinya pakaian, ememilihara dia dengan makanan, menempatkan dia di sebuah rumah untuk tinggal, dan membantunya dalam segala urusan merupakan sebuah tindakan yang memberinya kesenangan karena untuk pengabdian kepada Ilahi. Siapapun yang diperlakukan seperti itu, sesungguhnya dia telah menjadi objek dari orang tersebut untuk mewujudkan cintanya kepada Allah.


Seseorang harus mencintai kebahagiaan untuk hari esok karena akan menjadi kondisi keabadian. Jadi, penting untuk mencari tau tentang kondisi yang paling akhir. Ada dua jenis kesenangan di dunia ini. Pertama, kesenangan yang bertentangan dengan kesenangan hari esok dan membuatnya terhambat kesenangan hari esok. Para Nabi dan orang-orang shaleh sangat berhati-hati dengan hal ini. Kedua, kesenangan ynag tidak bertentangan dengan dunia selanjutnya, dan ini tidak terlarang, misalnya menikah, makan-makanan halal, dan lain-lain.


Tingkatan keempat. Cinta karena Allah. Ini adalah cinta yang tidak mementingkan diri sendiri dan tidak kepentingan lain. Tingkatan cinta ini merupakan tingkatan tertinggi, paling rahasia dan halus. Cinta ini dimungkinkan, seolah-olah cinta ini melampaui batas, ia menyebar ke hal-hal yang memiliki hubungan dengan yang dicintainya. Seorang kekasih bahkan mencintai hal-hal miliki sang terkasih. Seorang yang dikasih juga mencintai mereka yang melayani sang terkasih. Dia mengasihi orang-orang yang memuji dan memuliakan yang terkasih dan berusaha


Jika cinta itu kuat maka akan menyebar ke banyak hal lainnya. Cinta untuk Allah serupa. Ketika cinta Allah menyelimuti hati, itu mengendalikan hati dna bahkan menyebar ke segala sesuatu. Sang kekasih kemudian melihat kekuatan-Nya dalam segala hal. Ketika Allah mencintai seseorang, maka dia juga mencintai karya-karyanya, tulisan-tulisannya, dan tindakan-tindakannya.


Dalam sebuah kisah, ketika buah segar dibawa kepada Nabi Muhammad SAW., beliau mengangkatnya ke atas matanya, emnghormatinya dan berkata: “ini telah diadakan dengan bantuan Tuhanku. Kekasih mengurangi kepedihan kekasih.”


Cinta manusia mencapai tingkatan tertingginya, ketika mereka berkata: “Kami tidak membedakan antara kesedihan dan kebahagiaan, karena semuanya datang dari Allah. Kami merasakan kebahagiaan dalam kesenangan-Nya.


Nah, beberapa tingkatan diatas, kita termasuk tingkatan yang mana nih?


Berhati-hatilah dalam mencintai, jangan sampai jatuh pada orang yang salah.. hehe


Mencintai adalah anugerah, dan memiliki adalah pilihan. Kita berhak mencintai siapa pun, namun orang yang kita cintai juga berhak untuk memilih. Cinta tidak bisa dipaksakan, kepada siapa kita mencintai dan dicintai. Bagaimana dengan orang-orang terdahulu? Tentang kisah cinta mereka yang sudah memiliki pengalaman tentang cinta, bahkan hingga menuju ke jenjang pernikahan.


Yah, banyak diantara mereka dan lebih berpengalaman tentang cinta, hingga menemukan cinta sejatinya, bukan cinta monyet lohh yaa. Wkwkwkwkwk


Tunggu kisah-kisah cinta yang akan saya tulis, tentunya di blog https://nuritsnaini.rahmancyber.net/




Posting Komentar untuk "Satu kata penuh makna, CINTA"

Penulis :
-----------------

Nur Itsnaini SS | Alumni IAIN WALISONGO Semarang
Pengelola Website "Nur Itsnaini"
Konsentrasi Artikel "Pendidikan Agama Islam"



Semoga Ilmunya dapat bermanfaat