Pedoman Belajar Pelajar dan Santri
Mencari Faedah
Ketika
seseorang yang mencari ilmu, hendaklah dipergunakan untuk mencari faedah ilmu
agar dapat memperoleh ilmu secara sempurna.
Agar memperoleh
faedah ilmu yaitu dengan membawa alat tulis dan kertas untuk mencatat segala
hal yang didengar, terutama yang berhubungan dengan ilmu.
Dikatakan: Barangsiapa yang pernah hafal sesuatu, maka kadang-kadang bisa terjadi lupa. Akan tetapi, jika faedah tersebut dicatat, tentu tetap tidak akan lupa.
Dikatakan juga: Ilmu yang sempurna
kebaikannya adalah ilmu yang diperoleh dari ucapan para ulama. Karena, para
ulama tersebut mengahafalkan sesuatu dengan jalan memilih yang baik, yang telah
didengarnya. Selanjutnya, mengatakan sesuatu yang baik, yang sudah dihafalkan.
Aku telah mendengar Ustadz Zainul
Islam yang terkenal ahli mendidik tata karma yang terpilih berkata demikian :
Sahabat Hilal bin Yasar berkata: Aku meilhat Nabi saw. bersabda kepada
sahabatnya, menerangkan sesuatu dari ilmu dan hikmah. Kemudian aku berkata:
“Wahai, Rasulullah saw. tolong engkau ulangi keterangan yang telah engkau
sampaikan kepada sahabat tadi.”
Kemudian Rasulullah saw. bersabda
kepadaku: “Apakah kamu membawa pulpen?” Aku menjawab: “Kami tidak membawa pulpen.”
Kemudian Rasulullah saw. bersabda: “Hai Hilal, jangan sampai kamu terpisah
dari pulpen. Karena kebaikan itu tidak terlepas dari pulpen, dan orang yang mau
menggunakan pulpen, demikian itu sampai hari kiamat.”
Syekh Shadrusy Syahid berwasiat
kepada putranya, Syamsudin, agar setiap hari menghafalkan sedikit-sedikit dari
ilmu dan hikmah. Karena, kalau setiap hari menghafal sedikit-sedikit, maka
semakin lama akan bertambah banyak.
Syekh Isham bin Yusuff membeli
pulpen dengan harga satu dinar. Maksud dan tujuannya adalah untuk menulis
segala sesuatu yang sewaktu-waktu beliau mendengar faedah-faedah yang perlu
dicatat. Karena, umur itu pendek, sedangkan ilmu banyak sekali. Oleh karena itu,
sebaiknya seorang pelajar jangan menyia-nyiakan waktu dan kesempatan.
Gunakanlah waktu malam dan tempat-tempat yang sepi.
Syekh Yahya bin Muadz Az-Zari
berkata: Malam itu amat panjang, maka janganlah engkau buat pendek, hanya
digunakan untuk tidur. Sedang siang itu terang-benderang, maka janganlah waktu
siang itu engkau pergunakan untuk melakukan dosa, sehingga yang semestinya
terang engkau jadikan gelap. Sebagai pelajar, hendaknya dapat menyempatkan diri
untuk mendatangi para sesepuh, dan ambillah beberapa faedah dari para sesepuh
tersebut, selagi masih ada kesempatan untuk bertemu. Karena, setiap perkara
yang sudah berlalu tidak mungkin akan bertemu.
Sebagaimana kata guruku, Syekhul
Islam dalam kitabnya: Banyak sekali para sesepuh yang agung ilmunya lagi mulia,
sedangkan aku pada saat itu masih ada kesempatan untuk bertemu, tetapi aku
belum sempat mengaji dan belajar ilmu dari para sesepuh tersebut sampai
meninggal dunia. Dari kerugianku, maka aku ucapkan dan nyatakan dalam sebuah
syair:
Aduh..! Aku sangat rugi dan menyesal
sekali tidak ada kesempatan beretemu dengan sesepuh. Setelah beliau terlanjur
meninggal dunia, akhirnya aku tdak dapat memperoleh ilmunya. Benar-benar aku
sangat menyesal. Padahal sesuatu yang telah hilang musnah dan rusah, tidak
mungkin akan kembali lagi.
Sayyidina Ali r.a. berkata: Apabila
engkau sedang melakukan sesuatu, maka lanjutkanlah pekerjaanmu itu sampai
berhasil. Menghindar dari ilmu Allah swt. adalah sangat hina dan rugi
duni-akhirat. Karena itu, selalulah berlindung kepada Allah swt. siang dan
malam, semoga diselamatkan dari menghindari ilmu Allah swt.
Orang yang mencari ilmu itu harus
tabah dan tahan merasakan segala penderitaan serta rela dirinya hina mencari
ilmu. Rasa lekat adalah tercela, kecuali rasa lekat yang berhubungan dengan
mencari ilmu. Karena, bagi orang yang mencari ilmu harus mempunyai rasa dekat
dan lekat terhadap guru, teman-teman dan lain-lainnya, agar dapat mengambil
faedah dari guru maupun temannya.
Dikatakan: ilmu itu mulia adanya,
bila tidak kecampuran hina sama sekali. Ilmu yang demikian agung tersebut,
tidak akan dapat diperoleh tanpa hina dan rendah, yang tidak kecampuran mulia.
Dikatakan oleh sebuah syair:
Aku melihat nafsumu ingin sekali
mendapatkan kemuliaan. Tetapi kamu tidak akan memperoleh kemuliaan itu apabila
telah bersedia merendahkan nafsumu.
Sumber: Az Zarnuji, Syekh. Pedoman Belajar Pelajar dan Santri. Surabaya: Al-Hidayah
Posting Komentar untuk "Pedoman Belajar Pelajar dan Santri"