Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sahabat Nabi yang Dijamin Masuk Surga; Thalhah bin Ubaidillah

Thalhah berasal dari Bani Taim bin Murrah. Ayahnya bernama Usman bin Umar bin Ka'ab. Ibunya adalah Sha'bah binti al-Hadrami.  

Thalhah adalah tokoh penting dalam kaumnya. Memiliki pribadi yang sangat baik, sehingga banyak orang yang suka padanya. Mereka berharap kelak Thalhah menjadi pemimpin mereka.  

Pekerjaan Thalhah adalah berdagang. Perniagaannya sampai ke luar negeri. Sebagai orang kaya, Thalhah juga sangat pemurah. Bantuan banyak diberikannya pada orang tak punya.

Suatu ketika, Thalhah berdagang ke negeri Syam. Tiba-tiba seorang pendeta berteriak, "wahai para pedagang sekalian! Adakah yang berasal dari Mekah?"  

Orang-orang di pasar Syam kaget. Mereka pun saling pandang. Kebetulan Thalhah berdiri tak jauh dari pendeta itu. Beliau segera menghampirinya, "ya, aku penduduk Mekah. Ada apakah gerangan?" Sahut Thalhah.

"Sudah munculkah orang bernama Ahmad di negeri kalian?" Tanya pendeta. "Ahmad siapa?" Thalhah balik bertanya.  

"Namanya Ahmad bin Abdullah bin Abdul Muthalib. Dia akan muncul di Mekah. Dialah penutup para Nabi. Aku mengetahuinya dari kitab-kitab suci terdahulu. Sebaiknya engkau segera menemuinya, wahai anak muda!" Sambung pendeta itu.

Ucapan itu membekas di hati Thalhah. Beliau pun segera pulang. Sesampainya di Mekah, Thalhah bertanya kepada keluarganya, "adakah peristiwa penting selama aku pergi?"  

"Ada. Muhammad bin Abdullah mengatakan bahwa dirinya adalah Nabi. Abu bakar mempercayainya dan mengikuti agamanya," jawab mereka.  

Dalam bahasa Arab, Muhammad sama maknanya dengan Ahmad. Thalhah terperanjat, rupanya benar ucapan sang pendeta. Sudah datang Nabi akhiruzzaman. Dia membawa agama yang sempurna.

Setelah itu, Thalhah langsung menemui Abu Bakar. Dia menanyakan kabar yang didengarnya, "Benarkah Muhammad bin Abdullah telah menjadi nabi? Apakah engkau mengikutinya?"

"Benar," jawab Abu Bakar. Kemudian ia menceritakan kisah Nabi Muhammad. Peristiwa turunnya wahyu pertama di gua Hira'. Juga bukti-bukti kebenarannya sebagai nabi.

Thalhah pun bercerita tentang ucapan pendeta di Syam. Abu Bakar pun tercengang. "Mari kita temui Nabi Muhammad. Ceritakan kepadanya tentang pendeta itu. Alangkah lebih baik kamu mau mengikutinya," ajak Abu Bakar penuh sukacita.

Thalhah menyambut ajakan itu dengan gembira. Keduanya bergegas menemui Rasulullah. Beliau pun menjelaskan agama Islam kepada Thalhah. Selain itu, Rasulullah membacakan beberapa ayat al-Quran.

Maka semakin kuatlah keyakinan Thalhah untuk menjadi orang keempat yang memeluk agama Islam. Abu Bakar lah yang menyaksikan peristiwa penting itu. Berita itu membuat keluarganya marah. Mereka tak rela Thalhah mengikuti nabi Muhammad. Ibunya yang paling marah. Sebab, Thalhah sudah diharapkan nanti menjadi pemimpin kaumnya. 

Anggota sukunya telah menyiapkan rencana khusus. Tujuan mereka agar Thalhah keluar dari Islam. Mula-mula beliau dirayu dan dibujuk, Thalhah tetap berpegang pada pendiriannya. Beliau tak mau keluar Islam.

Pada suatu hari, penduduk Mekah terkejut. Sekelompok orang menggiring seorang pemuda. Tangannya terbelenggu di lehernya. Orang-orang itu mendorong, memecut, dan memukuli tubuhnya. Di tengah kerumunan, ada seorang wanita tua. Dia terus berteriak-teriak mencaci maki sang pemuda. Terlihat ia sangat membenci pemuda itu.

"Ada apa dengan pemuda itu?" tanya Mas'ud. "Pemuda itu Thalhah bin Ubaidillah, Dia telah keluar dari agama nenek moyangnya. Thalhah mengikuti Muhammad bin Abdullah," jawab mereka.

"Lalu siapa wanita itu?" tanya Mas'ud lagi. "Sha'bah binti al Hadrami. Dia ibu kandung Thalhah," jawab orang itu.

Ternyata, cara lemah lembut tidak berhasil. Akhirnya, mereka bertindak kasar. Siksaan demi siksaan mulai mendera Thalhah. Malahan ibu kandungnya juga turut menyiksa Thalhah. 

Naufal bin Khuwailid maju ke depan. Ia seorang yang sangat beringas. Sehingga dijuluki Singa Quraisy. Naufal mendekati Thalhah sambil menyeret Abu Bakar. Lelaki bengis itu mengikat Abu Bakar dan Thalhah. Keduanya terikat dalam satu ikatan. Abu Bakar dan Thalhah dipukuli beramai-ramai hingga terluka dan darah mengalir dar tubuh keduanya. 

Penyiksaan itu sangatlah kejam, namun tak membuat sabat itu takut. Keduanya malah semakin kuat keimanannya. Sejak saat itu, Thalhah dan Abu Bakan semakin akrab. Keduanya digelari al Qarinain atau sepasang sahabat yang terikat. Thalhah kian bersemangat dalam agamanya. Ia ikut hijrah ke Madinah. Nabi sangat mempercayainyadan sering diajak untuk bermusyawarah. Thalhah juga terkenal shaleh. Akhlak yang baik membuatnya terhormat.

Kecintaannya pada nab Muhammad sangatlah besar. Saat perang uhud, banyak dari kafir Quraisy yang mengepung Nabi, sehingga keselamatan Nabi menjadi terancam. Thalhah beserta sahabat lainnya melindungi Rasulullah. Mereka berperang mati-matian. Thalhah menjadikan tubuhnya sebagai tameng melindungi Nabi. Sehingga para kafir Quraisy gagal membunuh Nabi.

Usai perang, Thalhah ditemukan pingsan. Beliau mengalami luka-luka yag hampir merenggut nyawanya. Pada tubuhnya terdapat 79 luka. Kaum muslimin mnegira Thalhah telah mati syahid. Namun, ternyata Allah masih melindungi nyawanya, karena itulah ia dberi gelar "syahid yang hidup." 

Thalhah adalah seseorang yang cerdas. Belia sering ikut serta dalam musyawarah penting. Misalnya dalam memilih khalifah atau pemimpin Islam tertinggi. Thalhah termasuk anggota majelis Syura. Beliau ikut rapat menentukan khalifah yang akan diangkat. Ada juga yang menginginkan Thalhah untuk menjadi khalifah. tetapi beliau menolak. Beliau lebih suka menjadi orang biasa, sehingga lebih bebas untuk berjuang dan beribadah.

Pemberontak pernah mengepung rumah Usman bin Affan, sehingga keselamatannya sangat terancam. Thalhah turut mengirimkan para putranya melndungi Usman. Begitulah rasa sayangnya pada sesama umat Islam.

Suatu hari Thalhah pulang berdagang dari Hadramaut. Saat itu bisnisnya mendapat keuntungan yang besar hingga mencapai 700.000 dirham. Anehnya, Thalhah risau di malam hari. Istrinya bertanya, "Mengapa engkau gelisah? Apakah melakukan kesalahan?" Thalhah menjawab, "Tidak, kamu istri yang baik. Kamu tak berbuat salah. Pikiranku hanya pada Allah. Bagaimana aku bisa tidur, di rumahku harta menumpuk."

Istrinya memberi saran, "Mengapa harus gelisah? Bukankah banyak kaum muslimin yang butuh bantuan? Besok pagi bagikanlah uang itu pada mereka." Thalhah sangat gembira. Usulan istrinya sangat bagus. Hatinya pun menjadi tenang. Esok pagi, ia langsung bersedekah pada fakir miskin. Oleh sebab itu, ia juga digelari Thalhah Khair. Maksudnya adalah Thalhah yang baik. Masih banyak gelar-gelar terpuji untuknya. Misalnya Thalhah al-Jaud atau Thalhah yang pemurah. Ia juga digelari Thalhah al-Fayyad atau Thalhah yang dermawan.

Banyak sekali suka duka yang dialami oleh Thalhah. Dia juga gemar berbuat baik. Thalhah melindungi orang yang bernasib malang. Thalhah meninggal saat perang jamal. Ada musuh yang memanahnya. Sebatang anak panah menembus lehernya. Thalhah pun mati dalam keadaan mulia. Allah menjaminnya masuk surga.

Posting Komentar untuk "Sahabat Nabi yang Dijamin Masuk Surga; Thalhah bin Ubaidillah"

Penulis :
-----------------

Nur Itsnaini SS | Alumni IAIN WALISONGO Semarang
Pengelola Website "Nur Itsnaini"
Konsentrasi Artikel "Pendidikan Agama Islam"



Semoga Ilmunya dapat bermanfaat